Suatu hari, dua sahabat karib, matahari dan angin terlibat sebuah perdebatan yang tak berkesudahan tentang siapa yang paling kuat diantara mereka. Keduanya sama-sama tidak mau mengalah. Keduanya merasa dirinya masing-masing yang paling kuat.
Pada saat itulah, melintas seorang lelaki tua dengan mantel tebal melekat di badan. Lelaki tua itu berjalan tertatih-tatih di dekat mereka. Melihat lelaki tua itu, terbersit ide cemerlang dalam benak angin tentang sesuatu yang bisa mengakhiri perdebatan yang tak berujung itu.
"Sahabatku... Kata sang angin, rasanya perdebatan kita ini tidak akan berakhir hanya dengan kata-kata. Bagaimana kalau kita membuat pertandingan saja untuk membuktikan mana di antara kita yang paling kuat. "Kamu lihat lelaki tua itu," Mari kita bertanding!". Siapapun dari kita yang paling cepat dapat melepaskan mantel yang Ia kenakan maka dialah yang paling kuat".
"Baiklah, Aku setuju dengan idemu itu", Jawab matahari dengan suara tenang berwibawa.
Pertandingan pun dimulai. Sejurus kemudian, entah dari mana datangnya, tiba-tiba berhembuslah angin yang sangat kencang menerpa lelaki tua itu. Mantel yang dikenakan lelaki tua itu berkibar-kibar seperti hendak tertarik dari tubuhnya dan membumbung ke udara. Begitu kuatnya angin yang menerpa sampai membuat beberapa bagian dari mantel itu sobek.
Sementara, lelaki tua itu mempertahankan mantelnya mati-matian. Ia memegang mantelnya itu sekuat tenaga. Ia tida membiarkan mantelnya yang sangat berharga baginya itu lepas dari tubuhnya.
Pergulatan sengit terjadi, lelaki tua itu menjatuhkan diri ke tanah, dan terus menahan agar mantelnya tidak lepas. Akhirnya, angin pun menyerah. Angin tidak bisa melepas mantel lelaki tua itu dengan kekuatan hembusannya.
Kini, tibalah giliran matahari untuk membuktikan kekuatannya. Matahari tersenyum ramah pada angin. Perlahan matahari memberikan sinarnya yang hangat kepada lelaki tua itu. Dan tidak berapa lama, pria itu menghusap dahinya, keringatnya bercucuran. Sejurus kemudian lelaki tua itu melepaskan mantelnya.
Tanpa kekerasan sedikitpun, bahkan dengan penuh kehangatan matahari itu mampu melepas mantel lelaki tua itu. Seketika itu angin harus mengakui kelebihan matahari.
Kisah di atas mengisyaratkan pesan halus kepada kita bahwa mengubah peradaban ke arah yang lebih baik dengan kehangatan dan kebersihan jauh lebih efektif dari pada dengan kekerasan dan tangan besi.
*Jika ingin mengubah orang lain, cara termudah untuk memperoleh hasil adalah dengan memperlihatkan kebaikan dalam pikiran, kata-kata, dan perbuatan*
Pada saat itulah, melintas seorang lelaki tua dengan mantel tebal melekat di badan. Lelaki tua itu berjalan tertatih-tatih di dekat mereka. Melihat lelaki tua itu, terbersit ide cemerlang dalam benak angin tentang sesuatu yang bisa mengakhiri perdebatan yang tak berujung itu.
"Sahabatku... Kata sang angin, rasanya perdebatan kita ini tidak akan berakhir hanya dengan kata-kata. Bagaimana kalau kita membuat pertandingan saja untuk membuktikan mana di antara kita yang paling kuat. "Kamu lihat lelaki tua itu," Mari kita bertanding!". Siapapun dari kita yang paling cepat dapat melepaskan mantel yang Ia kenakan maka dialah yang paling kuat".
"Baiklah, Aku setuju dengan idemu itu", Jawab matahari dengan suara tenang berwibawa.
Pertandingan pun dimulai. Sejurus kemudian, entah dari mana datangnya, tiba-tiba berhembuslah angin yang sangat kencang menerpa lelaki tua itu. Mantel yang dikenakan lelaki tua itu berkibar-kibar seperti hendak tertarik dari tubuhnya dan membumbung ke udara. Begitu kuatnya angin yang menerpa sampai membuat beberapa bagian dari mantel itu sobek.
Sementara, lelaki tua itu mempertahankan mantelnya mati-matian. Ia memegang mantelnya itu sekuat tenaga. Ia tida membiarkan mantelnya yang sangat berharga baginya itu lepas dari tubuhnya.
Pergulatan sengit terjadi, lelaki tua itu menjatuhkan diri ke tanah, dan terus menahan agar mantelnya tidak lepas. Akhirnya, angin pun menyerah. Angin tidak bisa melepas mantel lelaki tua itu dengan kekuatan hembusannya.
Kini, tibalah giliran matahari untuk membuktikan kekuatannya. Matahari tersenyum ramah pada angin. Perlahan matahari memberikan sinarnya yang hangat kepada lelaki tua itu. Dan tidak berapa lama, pria itu menghusap dahinya, keringatnya bercucuran. Sejurus kemudian lelaki tua itu melepaskan mantelnya.
Tanpa kekerasan sedikitpun, bahkan dengan penuh kehangatan matahari itu mampu melepas mantel lelaki tua itu. Seketika itu angin harus mengakui kelebihan matahari.
Kisah di atas mengisyaratkan pesan halus kepada kita bahwa mengubah peradaban ke arah yang lebih baik dengan kehangatan dan kebersihan jauh lebih efektif dari pada dengan kekerasan dan tangan besi.
*Jika ingin mengubah orang lain, cara termudah untuk memperoleh hasil adalah dengan memperlihatkan kebaikan dalam pikiran, kata-kata, dan perbuatan*