15 April 2009

Ada Apa Ini???

. 15 April 2009

Duuh... lemotnya aku... Tak ada ide yang muncul... Sepertinya harus cari suasana baru nih.....


Baca Selanjutnya»»

21 Maret 2009

Dalam Proses Editing

. 21 Maret 2009

Udah lama nih blognya gak update... Untuk memberikan suasana yang berbeda pada blog ini, saat ini sedang ada proses perbaikan... Mohon doanya ya...



Fahmi Azzam

Baca Selanjutnya»»

05 Januari 2009

Sepucuk Surat Untukmu

. 05 Januari 2009

Assalam alaikum, Asy syahid, apa kabarmu?

Jelas ada banyak Tanya tentang surat tak bernama ini. Siapapun dirimu,, ku katakana padamu, kita memang belum sempat bertemu. Mungkin bukan waktu yang tepat untuk ber-ta’aruf, meski dengan ini kuharap dapat segera ku akhiri galau.


Aku adalah saudaramu. Disebabkan olehmu, maka telah sampai surat ini di tanganmu. Hari ini, setelah sekian lama menderaskan doa dan harap buatmu dari sini, sesuatu terus saja mengejekku sinis. Begitu, mengganggu ritme dan rutinitas, mencabik kemeja dan baju tidur, memecahkan piring-piring makan, menguncang ranjang dan dinding-dinding kamar, serta menghempaskan setiap yang aku genggam.

Sejak kukenal dirimu dari layar kaca dan lembaran-lembaran media cetak, tiba-tiba ada yang tak biasa dalam diriku. Ah, ada sesuatu di antara kita. Ini tentang suratan yang telah melemparkan kita pada dimensi yang jauh berbeda. Suatu kehendak di luar nalar yang berhikmah entah: takdir namanya!

Garis nasib yang menempamu menjadi menanggung itu, telah menjadikanku merasa sangat bermakna di mata-Nya. Lalu dengan itu, kita jalani masing-masing bagian dengan ikhlas.
Asy Syahid ,Masih dengan rasa cemburu yang memenuhi dada, ku tanyakan ini padamu, “Masihkah debu dan mesiu selimuti hari-hari itu? Tetapkah aroma syahid dan kelebat wangi jannah wahai segenap penjuru tanah suci? Lalu mujahid-mujahid kecil itu? Ada dimana mereka di saat-saat seperti ini? Masihkah sang bunda bisa memeluknya di malam yang dingin?” Ah, terlalu banyak kukira yang ingin kutahu.

Tapi, sungguh… membayangkan mereka berlarian dengan ketapel dan batu di tangan. Serta bom yang melilit di badan, sambil kau kepalkan tangan dan berseru, “Khaibar-khaibar Ya Yahuud… Allahu Akbar!!! Itu membuatku gemetar dan menjadikan keberadaanku bertambah kerdil.

Bahwa, siangmu adalah gerbang surga yang tinggal kau jangkau. Dan malammu adalah saat-saat berpamitan denganNya, itu belum kutemukan di sini. Sebab hari-hariku semenjak dulu dijejali dengan ribuan kemunafikan demi banyaknya ketidakjelasan. Setiap sudut mengepung segala kenikmatan dunia yang semu. Lalu menyeret jiwa dan pikiran pada lilitan kelam yang tak mudah ditebas.

Ku akui, tidak banyak aroma surga di sini. Hari berlau cepat dan malam terlalu lama. Gerbang dan pintu surga tidak sebanyak di tempatmu lalui hidup. Sekali lagi kusampaikan rasa iriku padamu, tang terlahir dari leluhur mulia. Beruntunglah bahwa engkau pernah menjadi sejarah dari tanah itu. Bergembiralah bahwa masih ada banyak yang ingin gantikan peranmu. Dan bersyukurlah… Sebab, saat perjumpaan denganNya segera tiba!

Asy syahid… Kalau telah sampai surat ini di tanganmu, itu berarti aku sudah tak tahan lagi. Berhijrah untuk menjengukmu sambil berhasrat menemui takdir lain yang selalu kudamba. Bertemu denganmu, kuharap ada sesuatu yang bisa teraih. Dan bersamamu, semoga rasa cemburuku yang ada akan bisa lebih bermakna. Begitulah! Senang telah sampaikan ini padamu. Dan nantikanlah aku. Semoga kelak kita bisa dipertemukan dalam kemuliaan serta keagungan namaNya.

Wassalamu alaikum…

Baca Selanjutnya»»

Dzikir Batu

.

Belum berakhir
Meski telah hitam warna angin dan matahari
Dan tubuh para martir lantak terkoyak
Aku siap dilemparkan lagi
Belasan luka memar, darah yang mengalir dari hidung, dan kepala serdadu kafir
Serta sebuah mata yang menjadi buta
Perjalanan ini makin menggelorakan
Menanti giliran dilemparkan, lalu kembali pada tangan yang mungil para pemberani
Untuk sekali lagi dilentingkan dari ketapel kayu



Aku adalah sebuah batu
Yang terlahir tegar dari tonggak bumi
Telah hidup untuk menjadi saksi
Melintas sejarah para pemegang risalah, hingga tiba satu episode lain
Saat tanah ini makin merana

Aku adalah batu dengan sebuah mimpi
Setia di peran , sabar menunggu di sini
Menemani kepalan tangan para jundi kecil yang melintas teriknya siang

Dari tanah yang diberkati
Rindu dendam menggumpal menjemput asa sejati
Kembali lebur bersama para assyahid Palestina
Bahagia menuju janjiNya

Baca Selanjutnya»»

20 Desember 2008

Menulis Itu Sulit

. 20 Desember 2008

*Evaluasi Tahun 2008

Tak terasa penghujung tahun 2008 sudah di depan mata. Itu artinya sudah hampir 7 bulan saya mengelola blog ini sejak bulan Mei kemarin. Saya buka satu-persatu goresan-goresan tulisan yang sudah diposting selama ini. Alhamdulillah, cukup rajin juga rupanya saya menulis.


Saya tersenyum ketika melihat postingan saya yang pertama kali yang diberi judul “Aku Mulai Hari Ini” yang berisikan permulaanku menulis melalui media blog. Diawali dengan kebiasaanku berkata-kata sendiri, menganalisa sendiri setiap yang menarik. Sampai terpikir kenapa setiap pikiranku ditulis supaya lebih apik. Sampai akhirnya tercetuslah untuk memiliki akun blog. “Menebar Manfaat” adalah tema blog ini. Sebuah usaha agar blog ini dapat bermanfaat bagi orang lain yang membacanya.

Kalau direnungi, ternyata menulis itu sulit. Bahkan sangat sulit. Menulis itu sangatlah sulit kalau tidak pernah dimulai. Sesuatu hal yang mudah akan dicapai setelah melalui berbagai kesulitan. Tidak ada kata kedua sebelum ada kata pertama, tidak ada kalimat kedua sebelum ada kalimat pertama, dan tidak ada alinea kedua sebelum alinea pertama. Dengan demikian, berani memulai akan menentukan langkah selanjutnya.
Teman saya pernah berujar, “Menulis tumbuh bukan karena adanya bakat, seseorang yang tidak berbakat sekalipun tetapi kalau punya keberanian untuk memulai maka bisa menjadi penulis”
Wah… itu kan saya.

Memang, tulisan-tulisan yang saya muat masih jauh dari kata sempurna dalam artian masih sangat sederhana. Akan tetapi, itu adalah tonggak awal perbaikan untuk selanjutnya. Karena kalau tidak sekarang lantas kapan lagi kita akan memulai.

Baca Selanjutnya»»
 
Fahmi Azzam is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com