17 Desember 2008

Jenderal Nagabonar Saja...

. 17 Desember 2008

Pembangunan Bandara Internasional di Kualanamu di Deli Serdang saat ini masih jauh panggang dari api. Pelaksanaannya pembangunannya masih beberapa persen saja pasca setahun peletakan batu pertamanya oleh Wapres Jusuf Kalla. Sampai-sampai Wapres ketika kunjungan kerjanya kemarin terheran-heran, “Kok pembangunannya baru sampai di sini?”.
Namun pembicaraan yang hangat saat ini, Bandara pengganti Bandara Internasional Polonia itu bukanlah pada proses percepatan pembangunannya, akan tetapi tentang nama yang cocok untuk bandara tersebut.
Ketika pembahasan R-APBD 2009 di DPRD Sumatera Utara pada tanggal 20 November kemarin, di akhir pandangan tiap fraksi sempat-sempatnya mengusulkan nama yang cocok untuk bandara tersebut. FPDIP dan FPDS mengusulkan Sisingamangaraja XII karena Sumatera Utara telah khas dengan Bataknya, FPKS mengusulkan Jendral. AH. Nasution karena beliau satu-satunya Jenderal bintang lima dari Sumatera Utara.
FPPP mengusulkan Mantan Gubernur Tengku Rizal Nurdin karena beliaulah yang memperjuangkan segera dibangunnya bandara tersebut dan juga untuk mengenang tragedi Mandala yang merenggut nyawanya bersama Mantan Gubernur Raja Inal Siregar. Selain itu, FPBB mengusulkan Tengku Amir Hamzah karena lokasi dibangunnya bandara berada pada komunitas melayu.
Nah, itu baru di tingkat dewan, bagaimana kalau di kalangan bawah sendiri. Dari segi etnis, Laskar Hang Tuah yaitu organisasi pemuda melayu dari awal sudah getol memaksakan Tengku Amir Hamzah karena daerah tersebut adalah mayoritas melayu. Bahkan mereka siap jiwa raga untuk memperjuangkannya. (Ha… Ha…). Kemudian dari etnis batak akan memperjuangkan Sisingamangara XII, dari etnis mandailing akan memperjuangkan Jendral AH. Nasution.
Wah… wah… wah…. Huh! Persaingan sudah mulai muncul sepertinya untuk bandara yang “katanya” akan terbesar dan terbaik setelah bandara Soekarno-Hatta ini. Bagi saya, wacana ini cukup membuat saya tersenyum, merasa geli, bahkan sampai terbahak-bahak mengingat wacana ini.
Kalau saya boleh usul, lebih baik namanya adalah Bandara Internasional Naga Bonar saja. Usul ini bukan tanpa pemikiran yang panjang, perlu berhari-hari, cukup menguras tenaga. (Ha… Ha…). Naga Bonar, Si Pencopet yang jadi Jenderal, Si Jenderal yang juga pencopet, merupakan tokoh rekaan karya Asrul Sani. Ceritanya mengambil setting-an di daerah sedang dibangunnya bandara internasional tersebut yakni Deli Serdang. Jadi pantas-pantas saja Naga Bonar dijadikan nama bandara tersebut. Naga Bonar, tanpa mewakili etnis tapi milik semua etnis karena kita semua tahu logat Naga Bonar adalah logat pada umumnya masyarakat Sumatera Utara.
Nah gimana??? Setuju semuanya??? Hah! Hah! Hah! Bah!!! Masih mikirnya Ko??? (Hi…Hi… Itu kata Bang Naga)

 
Fahmi Azzam is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com