Di tengah keresahan masyarakat dengan kenaikan bahan bakar minyak (BBM), muncul suatu peristiwa yang mengakibatkan sejumlah kalangan menyerukan pembubaran kelompok Front Pembela Islam (FPI). Padahal, seruan pembubaran Ahmadiyah belum mendapat tanggapan pasti. Dari Ahmadiyah ke BBM ke FPI. Belum lagi soal bantuan langsung tunai (BLT) yang terselip di antara itu semua.
Suatu pemikiran menilai insiden Monas merupakan upaya pemerintah untuk mengalihkan perhatian publik dari BBM. Ada yang menilai isu Ahmadiyah sengaja dimunculkan di tengah suasana politik menjelang Pilpres 2009 mendatang, sebagai ujian bagi pemerintah apakah berhasil mengatasi isu itu atau tidak. Tapi ada juga yang menilai insiden Monas di-mastermind oleh sejumlah mantan jenderal dan mantan menteri sebagai upaya untuk menjatuhkan pemerintah, karena tentu akan dinilai tidak berhasil dalam menjaga stabilitas nasional. Semua sengaja terjadi melalui jalur-jalur terselubung dengan tujuan menjatuhkan pemerintah.
Insiden Monas memang heboh karena mendapat respons langsung dari Presiden. Presiden menggelar rapat khusus untuk membahas insiden itu. Tapi seperti biasa, hasil konkrit yang dapat dijadikan resolusi nyata dalam mengatasi masalah tidak menjanjikan. Presiden hanya memberikan pernyataan yang berbunyi keras. Presiden mendesak aparat kepolisian dan penegak hukum untuk bertindak segera dan menangkap pelaku. Sudah ada 5 tersangka, tapi satu pun belum diupayakan penangkapannya.
Sama dengan beberapa bulan lalu ketika isu Ahmadiyah mulai muncul. Sampai sekarang tidak ada kejelasan yang pasti dan nyata. Bahkan, sudah muncul isu baru yang mengakibatkan korban sipil. Dari pada rapat khusus untuk membahas isu Ahmadiyah, Presiden lebih baik mengundang tokoh dan pimpinan media datang ke Istana. Dalam acara itu, Presiden berbicara satu jam untuk menjelaskan kenapa pemerintah memutuskan untuk menaikkan BBM.
Sekaligus dalam kesempatan itu, Presiden mengharapkan dari mereka untuk tidak terlalu memberitakan soal BBM secara agresif dan merugikan citra pemerintah.
Untuk isu Ahmadiyah, hampir tiga bulan sudah berlalu tanpa solusi yang jelas. Presiden pun tidak memperlihatkan sikap yang cukup membuat pubilk menilai bahwa isu Ahmadiyah memang menjadi prioritas. Presiden santai menghadapi isu Ahmadiyah.
Konsep BLT pun muncul satu hari setelah BBM diumumkan, sebagai upaya untuk mereda suasana resah masyarakat. Padahal, aliran BLT pun tidak lancar. Tidak heran kalau putus ditengah jalan. Toh, perhatian masyarakat sekarang sudah dialihkan ke FPI.
Betul atau tidaknya bisikan sejumlah kalangan bahwa ada mantan jenderal dan mantan menteri di belakang insiden FPI, tidak menjadi soal. Yang menjadi persoalan adalah Presiden, melalui para pembantunya, tidak berhasil mengatasi masalah imperative yang melibatkan ketenteraman ratusan juta umat.
Mungkin mau tunggu sampai mendekati Pilpres supaya dinilai sebagai achievement agar dijadikan salah satu faktor sukses pemerintahan yang sekarang.